Welcome In My Blog

Selasa, 07 Juli 2009

kesehatan memang bukan segala - galanya, namun tanpa kesehatan segala - galanya menjadi tidak berarti

Bila kita renungkan pada skala individu maka thema "Kesehatan adalah investasi menuju Indonesia Sehat 2010",akan mengajak kita untuk lebih menghargai arti sehat bagi manusia, karena sehat adalah modal dasar (asset) dalam melakukan segala sesuatu. Pengertian sehat meliputi kesehatan jasmani, rohani, serta sosial dan bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.

Oleh karenanya dikatakan "Health is not everything, but without health everything is nothing (kesehatan memang bukan segala - galanya, namun tanpa kesehatan segala - galanya menjadi tidak berarti ). Kita tahu bahwa lahir rejeki dan mati itu adalah kekuasaan Tuhan,YME, dan sakit atau gangguan kesehatan itu juga bersifat alamiah artinya setiap manusia pasti mengalami gangguan kesehatan karena faktor usia, atau karena hasil interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya. namum terlepas dari itu menurut pendapat penulis bahwa sehat itu tidak bersifat pasif yang didapat begitu saja, akan tetapi bersifat aktif yang harus diupayakan sendiri oleh setiap manusia atau kelompok masyarakat. Bila manusia tidak mengupayakan agar tubuhnya terpelihara secara baik maka orang tersebut memiliki potensi untuk menjadi tidak sehat atau terganggu kesehatannya, sebaliknya bila seseorang mengupayakan untuk memelihara tubuhnya secara baik maka orang tersebut memiliki resiko yang rendah terhadap terjadinya gangguan kesehatan.

Seorang pakar Kesehatan Masyarakat HL. Blume dikatakan bahwa Kesehatan Lingkungan dan perilaku manusia merupakan dua faktor dominan yang berpengaruh terhadap status kesehatan suatu masyarakat. Semakin perilaku manusia bergaya hidup sehat semakin rendah resikonya ia mengalami gangguan kesehatan. Demikian juga halnya dengan faktor lingkungan, semakin sehat lingkungan dimana ia hidup (di rumah, tempat kerja, tempat - tempat umum dan transportasi ), semakin rendah resikonya ia mengalami gangguan kesehatan.

Bila hal itu dilihat dengan pandangan accounting, maka biaya atas upaya manusia atau masyarakat untuk mencegah, mengeliminir atau meminimalkan potensi resiko, agar tidak terjadi sakit, tidak produktif, dan merugikan biaya yang lebih besar, maka upaya dimaksud mestinya dapat dimasukkan kedalam biaya investasi untuk menjaga asset. bukan biaya operasional yang bersifat belaja barang habis pakai ( expences ). Sehingga status kesehatan manusia sebagai SDM dapat dinilai sebagai asset seperti halnya jenis asset lainnya yang memiliki nilai penyusutan (amortisasi ).

Kesehatan tidak identik dengan kedokteran

Seringkali orang mengartikan sama antara kesehatan dan kedokteran. Kesehatan memiliki domain perhatiannya lebih luas dari pada kedokteran. Yang jelas sasaran perhatian kesehatan tidak terbatas pada orang yang sakit saja melainkan juga orang yang sehat. Sedangkan kedokteran lebih menekankan perhatiannya pada orang atau masyarakat yang sakit. Sifat upayanya pada kesehatan bisa bersifat pendidikan dan pemberdayaan masyarakat (promotif), pencegahan atau minimalisasi potensi resiko (preventif), pengobatan (kuratif ) dan pemulihan atau optimalisasi fungsi (rehabilitatif). Sedangkan pada kedokteran lebih menekankan pada upaya yang bersifat pengobatan atau kuratif yakni identifikasi penyebab sakit, serta memberikan tindakan untuk mengobatinya/mengatasinya secara tepat, atau tindakan pencegahan terhadap tingkat keparahan yang lebih tinggi.

Oleh karena perhatian kesehatan lebih luas dari perhatian kedokteran maka dapat dikatakan bahwa semua upaya manusia/masyarakat yang ditujukan langsung untuk kepentingan pemeliharaan kesehatan manusia/ masyarakat itu adalah upaya kesehatan sebagai contoh ; pemberdayaan masyarakat bergaya hidup sehat, membangun rumah yang sehat, penyediaan air bersih yang sehat dan memadai, berolahraga, cara kerja yang sehat dan aman, cara makan yang sehat, memelihara kualitas lingkungan hidup manusia yang sehat, perencanaan pembangunan kota yang sehat, dll, termasuk didalamnya pelayanan kedokteran kepada orang sakit.

Pemeliharaan kesehatan itu adalah Hak Azasi manusia, maka status kesehatan bangsa Indonesia ini tidak hanya dihasilkan oleh kinerja Departemen Kesehatan saja, melainkan merupakan resultante dari upaya bersama dari masayarakat dan pemerintah termasuk depatermen non kesehatan. Oleh karenanya appresiasi dan support terhadap upaya masyarakat dan departemen lain perlu terus dikembangkan untuk mencegah persepsi bahwa upaya kesehatan menjadi tanggung jawab pemerintah yaitu sektor kesehatan saja.

Dilihat dari aspek pembiayaan kesehatan maka biaya atas upaya individu untuk memelihara kesehatannya (HAM) maka menjadi tanggung jawab individu tersebut (private finance) seperti; berobat ke Rumah Sakit/Puskesmas, beli obat sendiri, konsultasi ke dokter, dll. Sedangkan biaya kesehatan untuk kepentingan masyarakat banyak menjadi tanggung jawab bersama yang dikelola oleh pemerintah (public finance) seperti ; immunisasi, penyediaan air minum, lingkungan hidup yang sehat, pengendalian vektor penyakit, dll. Dari aspek pembiayaan kesehatan yang lebih penting dibiayai oleh public finance adalah upaya-upaya yang bersifat untuk kepentingan publik yakni upaya kesehatan masyarakat, bukan upaya kedokteran yang seharusnya menjadi tanggung jawab private finance, kecuali untuk subsidi masyarakat tertentu yang membutuhkan. Untuk mengoptimalkan peran private finance agar lebih effisien, perlu dikembangkan sistem pembiayaan kesehatan yang dibiayai oleh Private finance dengan sistem asuransi.

Paradigma sehat

Paradigma sehat sebenarnya bukan paradigma baru bagi dunia kesehatan masyarakat namun menjadi orientasi baru bagi Departemen Kesehatan dalam melaksanakan pembangunannya sejak tahun 1999 yang telah dinyatakan oleh Menteri Kesehatan saat itu ( Prof.dr. FA. Moeloek ) dan dicanangkan oleh Presiden Habibie "Pembangunan Berwawasan Kesehatan" (Maret 1999). Penulis menghargai kebijakan beliau yang tepat untuk membawa departemen Kesehatan kepada orientasi Kesehatan yang lebih luas, bukan orientasi kedokteran yang lebih sempit.

Kenaapa orientasi tersebut secara formal perlu dicanangkan menjadi suatu kebijakan, mungkin saja karena dulunya prioritas perhatian sektor kesehatan masih memprioritaskan masalah - masalah penyakit yang mewabah saat itu seperti wabah Pes, Malaria, Demam Berdarah, sehingga tanpa disadari terjebak pada orientasi mengatasi penyakit yang sebenarnya adalah domain dari kedokteran. Salah satu yang dapat dijadikan indikator sejauh mana Departemen Kesehatan memiliki komitmen terhadap orientasi Paradigma sehat yang telah secara formal dicanangkan, adalah dengan membandingkan prosentase alokasi anggaran upaya promotif, preventif dengan alokasi upaya kuratif. Bila alokasi anggaran masih lebih besar pada anggaran yang bersifat upaya kuratif, maka paradigma sehat yang dicanangkan tersebut masih belum berhasil menjadi komitmen Depkes itu sendiri.

Visi Indonesia Sehat 2010

Visi Indonesia Sehat 2010 yang telah dirumuskan oleh Dep.Kes (1999) menyatakan bahwa, gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh wilayah Republik Indonesia.

Pengertian sehat meliputi kesehatan jasmani, rohani, serta sosial dan bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Masyarakat Indonesia yang dicita citakan adalah masyarakat Indonesia yang mempunyai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, sebagai salah satu unsur dari pembangunan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya.

Visi tersebut telah tiga tahun yang lalu berhasil dirumuskan oleh Departemen Kesehatan RI yang mestinya telah dijabarkan kedalam program kerja yang lebih bersifat operasional untuk mencapai visi itu. Beberapa tahun lagi kita akan mencapai tahun 2010, dan saat itu kita tentu akan menyaksikan bersama apakah gambaran tersebut akan menjadi kenyataan?. Namun yang perlu kita renungkan visi Indonesia sehat 2010 sebenarnya visi siapa? Bila itu merupakan visi Departemen Kesehatan RI saja atau yang dirumuskan hanya oleh beberpa pejabat saja sedangkan dalam cita citanya adalah masyarakat Indonesia yang mempunyai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat.

Pertanyaanya berikutnya adalah bagaimana masyarakat Indonesia ikut merasa meiliki terhadap visi itu karena ia ditempatkan sebagai subyek yang harus berubah. Namun jika itu adalah perwujudan dari visi bangsa Indonesia, pertanyaanya adalah sejauh mana keterlibatan masyarakat/bangsa Indonesia ini terlibat dalam merumuskan visi itu sehingga mereka juga punya komitment untuk merealisasikan visi tersebut. Bila kita lupakan saja itu visi siapa yang jelas seperti yang saya uraikan sebelumnya baha status kesehatan bangsa Indonesia merupakan resultanste upaya bersama, maka yang harus kita upayakan adalah bagaimana visi Indonesia 2010 sehat, itu menjadi milik dan bagian dalam kehidupan bangsa Indonesia. Tanpa masyarakat dan sektor lain merasakan itu, maka komitmennya untuk ikut mewujudkan visi tersebut juga akan lemah, karena untuk mewujudkan visi dibutuhkan komitmen semua pihak (stakeholder).


Akhirnya kita sebagai bangsa Indonesia perlulah merenung sejenak untuk membayangkan dapatkan visi mulia "Indonesia Sehat 2010 " itu akan terwujud. Tentunya kita tidak berharap bahwa pada saatnya nanti visi itu akan menjadi sekedar jargon yang terlewatkan dan terlupakan begitu saja. Sementara dunia telah metapkan status kesehatan masyarakat menjadi salah satu komponen Human Development Index ( HDI ) yaitu indikator kemajuan kualitas SDM suatu bangsa.