Welcome In My Blog

Jumat, 31 Oktober 2008

Sehat Itu Gaya Hidup

Dengan menjadikan sehat sebagai gaya hidup, maka seseorang akan melakukan apa saja demi gaya hidupnya itu. Banyak perilaku dapat dipraktikkan demi menjaga sehat sebagai gaya hidup. Perilaku itu berkisar pada upaya-upaya untuk mencegah timbulnya masalah-masalah kesehatan, menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang terlanjur terjadi serta meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan.
Demikian penegasan Menkes DR. Dr. Fadilah Supari, Sp.JP dalam sambutannya pada Upacara Apel Bendera memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-40 dengan tema "Sehat Itu Gaya Hidup" tanggal 12 November 2004 di Kantor Depkes Jakarta. Pada Apel Bendera yang diikuti karyawan Depkes dan Akademi Kesehatan dan 4 pleton anggota TNI dan POLRI juga dimeriahkan kehadiran sebuah Helikopter TNI-AL membawa Towing Banner bertuliskan "Sehat Itu Gaya Hidup" yang terbang melintas diatas Gedung Depkes. Menkes menegaskan, pemilihan tema "Sehat Itu Gaya Hidup", dimaksudkan sebagai ajakan kepada masyarakat untuk memperlakukan sehat sebagai instrumen atau modal dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Sehat dalam kultur masyarakat termasuk sebagai salah satu nilai penting dalam sistem nilai (value system). Namun demikian diantara nilai-nilai yang ada dalam sistem itu, sehat tergolong sebagai nilai instrumental. Artinya, sehat jangan dilihat sebagai tujuan hidup melainkan sebagai modal dan alat untuk mencapai tujuan-tujuan hidup. Tanpa alat ini (kesehatan), semua tujuan hidup tidak akan tercapai dengan baik. Sehat bukan segalanya, tetapi tanpa kesehatan segalanya bukan apa-apa, ujar Menkes. Selain itu masyarakat juga diingatkan tentang perlunya tiga perilaku yang terpenting yaitu tidak merokok dan madat, beraktivitas fisik secara teratur dan mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang. Apabila tiga perilaku itu dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka sehat dapat dicapai oleh setiap orang. Masyarakat yang berperilaku sehat akan dapat menciptakan dan memelihara lingkungan yang sehat. Masyarakat yang sehat juga akan memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan sebaik-baiknya dan turut serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat. Sedangkan petugas kesehatan yang berperilaku sehat akan responsif terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Dengan demikian pada gilirannya ketiga pilar visi "Indonesia Sehat" yaitu perilaku sehat, lingkungan sehat serta pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata akan tercapai. Dengan begitu, mimpi kita tentang Indonesia yang sehat di masa depan akan benar-benar terwujud. Menkes mengakui kendati telah banyak keberhasilan yang dicapai dalam bidang kesehatan, namun masih banyak pula masalah kesehatan yang harus dihadapi seperti kematian bayi yang masih banyak, Balita (anak dibawah usia lima tahun) bergizi kurang serta kematian ibu melahirkan (maternal) yang mencapai 40 orang setiap hari. Kematian bayi (Infant Mortality Rate=IMR) berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 1994 sebesar 57 per 1000 kelahiran hidup, telah dapat diturunkan menjadi 35 per 1000 pada tahun 2002-2003. Sedangkan target/sasaran berdasarkan Indikator Indonesia Sehat 2010 sebesar 33 per 1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2015 (Millineium Development Goal/MDG) sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian anak Balita (Under 5 Mortality Rate) berdasarkan SDKI tahun 1994 sebesar 81 per 1000 kelahiran hidup telah dapat diturunkan menjadi 46 per 1000 pada tahun 2002-2003. Sedangkan target berdasarkan IIS 2010 sebesar 39 per 1000 kelahiran hidup dan 30 per 1000 kelahiran hidup berdasarkan MDG. Angka kematian ibu melahirkan (Maternal Mortality Rate) berdasarkan SDKI tahun 1994 sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup telah dapat diturunkan menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002-2003. Sedangkan sasaran berdasarkan IIS 2010 sebesar 150 per 100.00 kelahiran hidup dan 230 per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan MDG. Umur Harapan Hidup dapat ditingkatkan dari 63,48 pada tahun 1995 (SUPAS 1995) menjadi 67,97 pada tahun 2000 (Sensus Penduduk = SP 2000). Angka kesakitan malaria di Jawa dan Bali menunjukkan API (Annual Parasite Incidence pada tahun 2000 sebesar 31 per 1000 penduduk telah dapat diturunkan menjadi 0,35 per 1000 penduduk pada tahun 2003. Sedangkan AMI (Annual Malaria Incidence) di luar Jawa � Bali pada tahun 2000 sebesar 31 per 1000 penduduk telah dapat diturunkan menjadi 22,77 per 1000 pada tahun 2002. Angka penemuan kasus TBC pada tahun 2003 sebesar 43,3% dari target 50% dengan angka keberhasilan pengobatan sebesar 86,3% dari target 85%. Sedangkan untuk kasus HIV/AIDS di Indonesia telah berubah dari low prevalence level menjadi consentrated level epidemic. Secara kumulatif sampai dengan September 2004 kasus HIV mencapai 3.338 kasus dan AIDS mencapai 2.363 kasus. Provinsi yang melaporkan HIV 29 provinsi dan yang melaporkan AIDS 27 provinsi. Urutan rata-rata kasus AIDS tertinggi ditempati Provinsi Papua sebanyak 20.46 kali angka nasional, disusul Provinsi DKI Jakarta 10,16 kali angka nasional, Bali 2,72 kali angka nasional, Sulawesi Utara 2,38 kali angka nasional, Maluku 2,08 kali angka nasional, Riau 1,63 kali angka nasional dan Kalimantan Barat 1,6 kali angka nasional. Rata-rata kasus AIDS Nasional sampai dengan 30 September 2004 adalah 1,17 per 100.000 penduduk (Sensus tahun 2000). Pada acara peringatan HKN ke-40, Menteri Kesehatan juga menyerahkan penghargaan berupa Tanda Kehormatan Satyalancana Karyasatya kepada Drs. Jahelbin Rumoharbo, Kasie PenyusunanAnggaran RS Jantung Harapan Kita, DR. Ir. Rusmini B.AIM, MM, Lektor Kepala pada Poltekkes Jakarta II Jurusan Teknik Elektromedik dan Suyanto, Staf Bapelkes Cilandak. Selain itu juga diserahkan piagam tanda penghargaan Bakti Karya Husada Tri Windu dan Dwi Windu serta Penghargaan Dosen Politeknik Kesehatan Berprestasi Tingkat Nasional 2004

Tidak ada komentar: